Sajak-sajak
Widodo Arumdono
 

Lagu Tanpa Intro
==================

memandangmu dari jauh
memandang bukit-bukit keluh
warna suara-suara rinduku mengadu
o, kau tak tahu
kotaku rompang dari derakan cinta
hanya keedanan mencakar menista
menunggu gelombang lautan gaduh
nyanyian kekasih di bulan rusuh

Optimisme
==========

tak ada kabut menyusut di jendela
sebab tadi pagi ,
mata belati telah merobeknya.
 

Untitled
========

kolam sepi
pijarkan sayapan pandang mata ikan
di ceruk rahim rembulan merah
rahasia waktu menggamit bisu lautan malam
tinggal sebayang kata merenda jejak senyummu
kala senja mawar api menengkup sketsa kuburan diri
kenangan dan lagu luka berkejaran dalam tiupan angin
pasir hitam

Cawang, 2000.
 

Syair Bujang
(dari d buat d)
================

inginnya angin waktu berkawin
menembus dingin gelombang badai
melumat lumut rindu kalung kehidupan
di ini risau di ini pukau

Cawang, 2000.
 

Di Lintas Banjaran
===================

Melintasi banjaran stasiun senja
api suara merambat tajam besi legam
pluit siapa melengking di kejauhan
sewaktu diri menyiasati jagat cemas
jalan pulang !

Depan Sta. Cawang, 2000.
 

Atma yang mencarimu
====================

Adakah mawar yang lebih hidup
menepuki lawatan dari segala hujan
yang kuyup
kalau bukan pensucian impian pesakitan
merabu Dzat kegilaan
dalam gilasan jiwa
busa rahasiamu

Cawang, 2000.
 

Inilah Sebuah Sajak Pendek
=======================

Inilah sajak pendek
menyulin sungai derita epistemologi kata
dari segala kau yang kembara
memerdekakan api dari setangan mawar bonda
menyanyikan pedih tanah berdarah
membangkitkan akaran urat nasib seranah
membakar sumpah penguasa tak bermata
memetakan janji atas ziarah tak bernama
menggemakan nasyid jiwa pada empunya
di antara kau dan aku yang memusyawarahkan airmata.
 

Cawang, 2000.
 

Lonceng
=========

lonceng tengah malam
menggiris mimpi maluku pada malumu
api dalam sekam menebar di penghujung bulsn hitsm
"Tete manise seng ada lawan " ucap liris gadis hutan pala

jauh dari tembusan anginmu langgar lautan
kekasih mutiara hitam berpusing ke dalam bara kengerian
siapa lidah apimu yang memurka kedamaian bumi saudara sendiri
menjadi tombak yang melantankan harapan bagi anak-anak tak berdosa
sambil mendobrak kepatuhan sendi kehidupan.
inikah kabar yang menyakitkan
dari sesuatu yang hak yang mesti diinsyafkan dan dibangunkan
mengembalikan setiap penghargaan dari setiap keutuhan
sedang bumi ini semakin sakit dari kebencian dari kedengkian dari peperangan

tak tertara bekas luka sejarah
menyabangi benang merah suci pada hakikat kebenaran
dalam tali urat nafasmu adalah nafasku
senantiasa memukul semangat tifa dalam urafan kesalihan rohani
kenapa terjadi batu duka ?

Wahai, laut yang menjadi cermin
basuhlah duka atas duka
kuburlah airmata atas airmata
mawarkan hidup atas yang hidup
sebab kau dan aku bukan sekedar hakikat
kau dan aku adalah kami yang menyiangi kabut negeri ini dari lonceng
yang tersurup
 

Cawang, 2000.
 

    Ke Penyair Indonesia